PENDAHULUAN
- LATAR
BELAKANG
Ayat-ayat yang
terkandung dalam Al-Qur’an adakalanya berbentuk lafadz, ungkapan, dan uslub
yang berbeda tetapi artinya tetap satu, sudah jelas maksudnya sehingga tidak
menimbulkan kekeliruan bagi orang yang membacanya.Di samping ayat sudah jelas
tersebut, ada lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum dan samar-samar yang
menimbulkan keraguan bagi yang membacanya sehingga ayat yang seperti ini menimbulkan
ijtihad bagi para mujtahid untuk dapat mengembalikan kepada makna yang jelas
dan tegas.
Kelompok ayat pertama, yang telah jelas
maksudnya itu disebut dengan muhkam, sedangkan kelompok ayat yang kedua yang
masih samar-samar disebut dengan mutasyabih, kedua macam ayat inilah yang akan
menjadi pembahasan pada bagian ini.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang
muhkam dan mutasyabih yang dimaknai secara khusus, sebagaimana firman Allah :
هُوَالَّذِى أَنْزَلَ عَلَيْكَ
الْكِتبَ مِنْهُ ءايةٌ مُحْكَمتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتبَ وَأُخَرُ مُتَشبِهتٌ
فَاَمَّاالَّذِيْنَ فِى قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشبَهَ مِنْهُ
ابْتِغَاءَ تَأْوِيْلِهِ. وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيْلَهُ إِلاَّ اللهُ
وَالرَّاسِخُوْنَ فىِ اْلعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا (7)
“Dialah yang menurunkan Al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu.Di antara
(isi)-nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan
ayat-ayat yang mutasyabihat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, merek mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang tercerahkan ilmunya
berkata : Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat. Semuanya itu dari sisi
tuhan kami “(Ali Imran : 7)”.
,A. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
dari Muhkam Al-Mutasyabih?
2.
Apa perbedaan
pendapat ulama untuk mengetahui ayat-ayat Mutasyabih?
3.
Bagaimana sikap
para ulama terhadap ayat-ayat Mutasyabih?
4.
Apa pengertian
dari fawatih As-Suwar?
5.
Apa hikmah dari
keberadaan ayat mutasyabih dalam Al-Qur’an?
B. TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari Muhkam Al-Mutasyabih
2.
Untuk mengetahui
perbedaan pendapat ulama untuk mengetahui ayat-ayat Mutasyabih
3.
Untuk mengetahui
sikap para ulama terhadap ayat-ayat Mutasyabih
4.
Untuk mengetahui
pengertian dari Fawatih As-Suwar
5.
Untuk mengetahui
hikmah dari keberadaan ayat Mutasyabih dalam Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUHKAM AL-MUTASYABIH
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan
oleh para ulama tafsir mengenai muhkam dan mutasyabih :
1. Menurut
As-Suyuthi muhkamadalah sesuatu yang telah jelas artinya, sedangkan mutasyabih
adalah sebaliknya.
2. Menurut
Imam Ar-Razi muhkam adalah ayat-ayat yang dalalahnyakuat, baik maksud maupun
lafaznya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang dalalahnyalemah, masih
bersifat mujmal, memerlukan takwil dan sulit dipahami.
3. Menurut
Manna’ Al-Qaththan muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara
langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih memerlukan
penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.
Dari pendapat-pendapat tentang ayat al
qur’an yang muhkamat dan mutasyabihat di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat
muhkamat adalah ayat yang sudah jelas, baik lafaz maupun maksudnya sehingga
tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Ayat
yang muhkamat tidak memerlukan takwil, lain halnya dengan ayat mutasyabihat.
Ayat-ayat mutasyabihat merupakan kumpulan ayat yang terdapat dalam al qur’an
yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan ayat mutasyabihat
bersifat mujmal (global). Selain bersifat mujmal, ayat tersebut juga bersifat
mu’awwal sehingga seseorang dapat mengetahui maknanya setelah melakukan
pentakwilan.
B. PERBEDAAN PENDAPAT ULAMA UNTUK MENGETAHUI AYAT-AYAT
MUTASYABIH
Perbedaan
pendapat tentang definisi muhkam dan mutasyabih dalam maknanya secara khusus :
Pertama,Sumber
ini berpangkal pada masalah waqof (berhenti) dalam ayat “Wama ya’lamu ta’wilahu
illah, warashikuna fil,ilmi yaquluna amanna bihi.” Kedua,Menyatakan bahwa “wawu.”sebagai huruf ‘athaf. Ini dipilih
oleh segolongan ulama lain yang dipelopori oleh Mujahid .
Pendapat ini
dipilih oleh An-Nawawi ,inilah pendapat yang paling shahih , karena tidak
mungkin Allah menyeru hambaNya dengan sesuatu yang tidak dapat diketahui
maksudnya oleh mereka.
C. SIKAP PARA ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIH
Sikap
para ‘ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu :[3]
a.
Madzab salaf,
yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabihdan
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafdwidhilallah). Mereka
menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah
danmengimaninya.
b.
Madzab khalaf,
yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih
yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan
keluhuran Allah.
D. FAWATIH AL-SUWAR
Secara etimologis, fawatih al-suwar
berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awal surat,
karena posisinya berada di awal surat-surat dalam Al-qur’an. Seluruh surat
Al-Qur’an dibuka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun
yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Setiap macam pembukaan itu
mengandung rahasia tersendiri, sehingga sangat penting untuk dipelajari. Di
antara pembuka surat itu diawali oleh huruf-huruf yang terpisah (al-ahruf
al-muqatha’ah). Orang sering mengidentikan fawatih al-suwar dengan huruf
muqatha’ah ini, padahal sebenarnya, keduanya berbeda.Fawatih al-suwar adalah pembuka surat, huruf-huruf tersebut ada yang dinamakan huruf muqatha’ah
(huruf-huruf yang terpotong ). Menurut Asy-suyuti ,huruf-huruf tersebut
termasuk ayat mutasyabih .tetapi masih dibutuhkan pennjelasan, seperti contoh
pembuka surat yang merupakan huruf muqatha’ah .Bahkan huruf
muqatha’ah hanya merupakan bagian dari fawatih al-suwar.Di antara ulama yang
mengidentikan keduanya manna’ Khalil al-Qathan dalam karyanya Mabahits fi Ulum
Al-Qur’an.
Adapun bentuk redaksi fawatih as-suwar
di dalam Al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Terdiri
atas satu huruf, yaitu terdapat pada tiga tempat.
b. Terdiri
atas dua huruf, yaitu terdapat pada sepuluh tempat.
c. Terdiri
atas tiga huruf, yaitu terdapat pada tiga belas tempat.
d. Terdiri
atas empat huruf, yaitu terdapat pada dua tempat.
e. Terdiri
atas lima huruf, yaitu terdapat pada satu tempat .
E. HIKMAH KEBERADAAN AYAT MUTASYABIH DALAM AL-QUR’AN
Diantara
hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabih di dalam Al-Qur’an dan ketidak mampuan
akal untuk mengetahuinya adalah berikut ini :
1.
Meperlihatkan
kelemahan akal manusia
Akal sedang dicoba untuk meyakini
kebradaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah member cobaan pada badan untuk
beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan yang paling mulia itu
tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan
kemuliaanya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaanya.
Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana
bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaranya akan ketidakmampuan
akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.
Teguran bagi
orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih
Pada penghujung surat Ali ‘imran [3]
ayat 7, Allah menyebutkan wama yadzakkaru illa ulul albab sebagai cercaan
terhadap orang-orang yang mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya,
memberikan pujian pada orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk
mrngotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka
menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3.
Memberikan
pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa disaksikanya
Sebagaimana dimaklumi bahwa pemahaman
diperoleh manusia tatkala ia diberi gambaran indrawi terlebih dahulu. Dalam
kasus sifat-sifat Allah, sengaja Allah memberikan gambaran fisik agar manusia
dapat lebih mengenal sifat-sifat-Nya. Bersamaan dengan itu, Allah menegaskan
bahwa diri-Nya tidak sama dengan hamba-Nya dalam hal pemilikan anggota badan.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ayat
muhkamat adalah ayat yang sudah jelas, baik lafaz maupun maksudnya sehingga
tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya.
Sedangkan Ayat-ayat mutasyabihat merupakan kumpulan ayat yang terdapat dalam al
qur’an yang masih belum jelas maksudnya, halite dikarenakan ayat mutasyabihat
bersifat mujmal (global).
2. Pendapat
pertama, mengatakan “isti’naf”. Dan pendapat kedua, menyatakan bahwa “wawu”
sebagai huruf ‘athaf.
3. Sikap
para ‘ulamaterhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
madzhab salaf dan madzhab khalaf.
4. fawatih
al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awal
surat, karena posisinya berada di awal surat-surat dalam Al-qur’an. Dan Adapun
bentuk redaksi fawatih as-suwar di dalam Al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a.
Terdiri atas
satu huruf, yaitu terdapat pada tiga tempat.
b.
Terdiri atas dua
huruf, yaitu terdapat pada sepuluh tempat.
c.
Terdiri atas
tiga huruf, yaitu terdapat pada tiga belas tempat.
d.
Terdiri atas
empat huruf, yaitu terdapat pada dua tempat.
e.
Terdiri atas
lima huruf, yaitu terdapat pada satu tempat.
5. Diantara
hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabih di dalam Al-Qur’an dan ketidak mampuan
akal untuk mengetahuinya adalah berikut ini :
a.
Meperlihatkan
kelemahan akal manusia
b.
Teguran bagi
orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih
c.
Memberikan
pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa
dilakukanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar anda di sini