Sabtu, 11 Juli 2015

Muhkam Al-Mutasyabih

BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an adakalanya berbentuk lafadz, ungkapan, dan uslub yang berbeda tetapi artinya tetap satu, sudah jelas maksudnya sehingga tidak menimbulkan kekeliruan bagi orang yang membacanya.Di samping ayat sudah jelas tersebut, ada lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum dan samar-samar yang menimbulkan keraguan bagi yang membacanya sehingga ayat yang seperti ini menimbulkan ijtihad bagi para mujtahid untuk dapat mengembalikan kepada makna yang jelas dan tegas.
Kelompok ayat pertama, yang telah jelas maksudnya itu disebut dengan muhkam, sedangkan kelompok ayat yang kedua yang masih samar-samar disebut dengan mutasyabih, kedua macam ayat inilah yang akan menjadi pembahasan pada bagian ini.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih yang dimaknai secara khusus, sebagaimana firman Allah :

هُوَالَّذِى أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتبَ مِنْهُ ءايةٌ مُحْكَمتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتبَ وَأُخَرُ مُتَشبِهتٌ فَاَمَّاالَّذِيْنَ فِى قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشبَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ تَأْوِيْلِهِ. وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيْلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فىِ اْلعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ  مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا (7)
   
“Dialah yang menurunkan Al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu.Di antara (isi)-nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan ayat-ayat yang mutasyabihat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, merek mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang tercerahkan ilmunya berkata : Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat. Semuanya itu dari sisi tuhan kami “(Ali Imran : 7)”.

,A.      RUMUSAN MASALAH
1.         Apa pengertian dari Muhkam Al-Mutasyabih?
2.         Apa perbedaan pendapat ulama untuk mengetahui ayat-ayat Mutasyabih?
3.         Bagaimana sikap para ulama terhadap ayat-ayat Mutasyabih?
4.         Apa pengertian dari fawatih As-Suwar?
5.         Apa hikmah dari keberadaan ayat mutasyabih dalam Al-Qur’an?

           B.       TUJUAN MASALAH
1.         Untuk mengetahui pengertian dari Muhkam Al-Mutasyabih
2.         Untuk mengetahui perbedaan pendapat ulama untuk mengetahui ayat-ayat Mutasyabih
3.         Untuk mengetahui sikap para ulama terhadap ayat-ayat Mutasyabih
4.         Untuk mengetahui pengertian dari Fawatih As-Suwar
5.         Untuk mengetahui hikmah dari keberadaan ayat Mutasyabih dalam Al-Qur’an




BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN MUHKAM AL-MUTASYABIH
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ulama tafsir mengenai muhkam dan mutasyabih :
    1.      Menurut As-Suyuthi muhkamadalah sesuatu yang telah jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya.
   2.      Menurut Imam Ar-Razi muhkam adalah ayat-ayat yang dalalahnyakuat, baik maksud maupun lafaznya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang dalalahnyalemah, masih bersifat mujmal, memerlukan takwil dan sulit dipahami.
   3.      Menurut Manna’ Al-Qaththan muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.
Dari pendapat-pendapat tentang ayat al qur’an yang muhkamat dan mutasyabihat di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang sudah jelas, baik lafaz maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Ayat yang muhkamat tidak memerlukan takwil, lain halnya dengan ayat mutasyabihat. Ayat-ayat mutasyabihat merupakan kumpulan ayat yang terdapat dalam al qur’an yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan ayat mutasyabihat bersifat mujmal (global). Selain bersifat mujmal, ayat tersebut juga bersifat mu’awwal sehingga seseorang dapat mengetahui maknanya setelah melakukan pentakwilan.

B. PERBEDAAN PENDAPAT ULAMA UNTUK MENGETAHUI AYAT-AYAT MUTASYABIH
Perbedaan pendapat tentang definisi muhkam dan mutasyabih dalam maknanya secara khusus :
Pertama,Sumber ini berpangkal pada masalah waqof (berhenti) dalam ayat “Wama ya’lamu ta’wilahu illah, warashikuna fil,ilmi yaquluna amanna bihi.” Kedua,Menyatakan bahwa “wawu.”sebagai huruf ‘athaf. Ini dipilih oleh segolongan ulama lain yang dipelopori oleh Mujahid .
Pendapat ini dipilih oleh An-Nawawi ,inilah pendapat yang paling shahih , karena tidak mungkin Allah menyeru hambaNya dengan sesuatu yang tidak dapat diketahui maksudnya oleh mereka.

C.      SIKAP PARA ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIH
Sikap para ‘ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu :[3]
a.         Madzab salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabihdan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafdwidhilallah). Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah danmengimaninya.
b.         Madzab khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah.

D.      FAWATIH AL-SUWAR
Secara etimologis, fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awal surat, karena posisinya berada di awal surat-surat dalam Al-qur’an. Seluruh surat Al-Qur’an dibuka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Setiap macam pembukaan itu mengandung rahasia tersendiri, sehingga sangat penting untuk dipelajari. Di antara pembuka surat itu diawali oleh huruf-huruf yang terpisah (al-ahruf al-muqatha’ah). Orang sering mengidentikan fawatih al-suwar dengan huruf muqatha’ah ini, padahal sebenarnya, keduanya berbeda.Fawatih al-suwar adalah pembuka surat, huruf-huruf  tersebut ada yang dinamakan huruf muqatha’ah (huruf-huruf yang terpotong ). Menurut Asy-suyuti ,huruf-huruf tersebut termasuk ayat mutasyabih .tetapi masih dibutuhkan pennjelasan, seperti contoh pembuka surat yang merupakan huruf muqatha’ah .Bahkan huruf muqatha’ah hanya merupakan bagian dari fawatih al-suwar.Di antara ulama yang mengidentikan keduanya manna’ Khalil al-Qathan dalam karyanya Mabahits fi Ulum Al-Qur’an.
Adapun bentuk redaksi fawatih as-suwar di dalam Al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Terdiri atas satu huruf, yaitu terdapat pada tiga tempat.
b.      Terdiri atas dua huruf, yaitu terdapat pada sepuluh tempat.
c.       Terdiri atas tiga huruf, yaitu terdapat pada tiga belas tempat.
d.      Terdiri atas empat huruf, yaitu terdapat pada dua tempat.
e.       Terdiri atas lima huruf, yaitu terdapat pada satu tempat .
E.       HIKMAH KEBERADAAN AYAT MUTASYABIH DALAM AL-QUR’AN
Diantara hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabih di dalam Al-Qur’an dan ketidak mampuan akal untuk mengetahuinya adalah berikut ini :
1.         Meperlihatkan kelemahan akal manusia
Akal sedang dicoba untuk meyakini kebradaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah member cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan yang paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan kemuliaanya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaanya.
Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaranya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.         Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih
Pada penghujung surat Ali ‘imran [3] ayat 7, Allah menyebutkan wama yadzakkaru illa ulul albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya, memberikan pujian pada orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mrngotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka  berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3.        Memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa disaksikanya
Sebagaimana dimaklumi bahwa pemahaman diperoleh manusia tatkala ia diberi gambaran indrawi terlebih dahulu. Dalam kasus sifat-sifat Allah, sengaja Allah memberikan gambaran fisik agar manusia dapat lebih mengenal sifat-sifat-Nya. Bersamaan dengan itu, Allah menegaskan bahwa diri-Nya tidak sama dengan hamba-Nya dalam hal pemilikan anggota badan.






BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
1.    Ayat muhkamat adalah ayat yang sudah jelas, baik lafaz maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Sedangkan Ayat-ayat mutasyabihat merupakan kumpulan ayat yang terdapat dalam al qur’an yang masih belum jelas maksudnya, halite dikarenakan ayat mutasyabihat bersifat mujmal (global).
2.    Pendapat pertama, mengatakan “isti’naf”. Dan pendapat kedua, menyatakan bahwa “wawu” sebagai huruf ‘athaf.
3.    Sikap para ‘ulamaterhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu : madzhab salaf dan madzhab khalaf.
4.    fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awal surat, karena posisinya berada di awal surat-surat dalam Al-qur’an. Dan Adapun bentuk redaksi fawatih as-suwar di dalam Al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.         Terdiri atas satu huruf, yaitu terdapat pada tiga tempat.
b.         Terdiri atas dua huruf, yaitu terdapat pada sepuluh tempat.
c.         Terdiri atas tiga huruf, yaitu terdapat pada tiga belas tempat.
d.        Terdiri atas empat huruf, yaitu terdapat pada dua tempat.
e.         Terdiri atas lima huruf, yaitu terdapat pada satu tempat.
5.    Diantara hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabih di dalam Al-Qur’an dan ketidak mampuan akal untuk mengetahuinya adalah berikut ini :
a.         Meperlihatkan kelemahan akal manusia
b.         Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih
c.         Memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa dilakukanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda di sini