Sabtu, 11 Juli 2015

Thaharah (Bersuci)

BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang
Thoharoh merupakan hal yang paling utama untuk beribadah. Terutama dalam hal sholat. Apabila kita melakukan sholat tanpa adanya thoharoh terlebih dahulu, karena diantara syarat-syarat telah ditetapkan bahwa harus suci badannya, pakaiannya serta tempatnya dari hadats maupun najis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti tidak luput dari hadats dan najis. Sehingga thoharoh sangat kita perlukan sebelum kita melakukan ibadah.

   B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan thoharoh?
2.      Apa dalil tentang thoharoh?
3.      Alat apa saja yang dapat digunakan untuk thoharoh?
4.      Apa saja macam-macam thoharoh?
5.      Bagaimana cara thoharoh?
6.      Apa hikmah thoharoh?

   C.     Tujuan
1.      Mengetahui makna thoharoh.
2.      Mengetahui dalil tentang thoharoh.
3.      Mengetahui alat alat yang digunakan untuk thoharoh.
4.      Mengetahui macam-macam thoharoh.
5.      Mengetahui tata cara berthoharoh.
6.      Mengetahui hikmah thoharoh.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Thoharoh
a.       Menurut Bahasa
Thoharoh berasal dari kata  الطهارة yang artinya menurut bahasa sama dengan النظافة yaitu bersih, kebersihan atau bersuci.
b.      Menurut Istilah
Thoharoh berarti suatu kegiatan bersuci dari hadats dan najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci. Baik suci dari hadats maupun najis.

B.     Dalil yang Membahas tentang Thoharoh
a.       Q.S. Al-A’raf ayat 82:
.... إِنَّهُمْ اُنَاسٌ يَتَطَهَّرُوْنَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.”
b.      Q.S. Al-Mudatsir ayat 4-5:
وَ ثِيَابَكَ فَطَهِّرْ  وَ الرُّجْزَ فَاهْجُرْ
“Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan jauhilah perbuatan yang kotor dan dosa.”

c.       Q.S. Al-Baqarah ayat 222:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَ يُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”
d.      H.R. Muslim dari Abu Said al-Khudri:
الطَّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَان (رواه مسلم عن ابي سعيد الخدرى)
“Kebersihan itu sebagian dari iman.”

C.     Alat yang Dapat Digunakan untuk Thoharoh
Alat yang dapat digunakan untuk thoharoh yaitu: air, tanah dan sebagainya.
Air yang digunakan ada 7 macam, yaitu:
1.      Air hujan.
2.      Air salju.
3.      Air embun.
4.      Air sungai.
5.      Air laut.
6.      Air dari mata air.
7.      Air sumur.
Pembagian  air, terbagi menjadi 4, yaitu:
1.      Air mutlak (air yang suci dan mensucikan).
Yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur dengan sesuatu yang lain.
2.      Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan).
Yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3.      Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan).
Yaitu air yang sudah digunakan untuk bersuci.
4.      Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan).
Yaitu air telah kemasukan benda najis atau yang terkena najis.
                                                         
D.    Macam-Macam Thoharoh
1)      Thoharoh dari Hadats
Thoharoh dari hadats terbagi menjadi 3, yaitu:
1.      Wudlu’
Wudlu’ berasal dari kata وضوء  , yang artinya baik dan bersih. Menurut istilah, wudlu’ berarti membersihkan anggota wudlu, dengan air yang suci menyucikan, berdasarkan syarat dan rukun tertentu untuk menghilangkan hadats kecil.
a)      Dalil-dalil wajibnya wudlu’:
a.       Ayat Al-Qur’an:
يٰۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ اۤمَنُوا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوْهَكُمْ وَ اَيْدِيْكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَ امْسَحُوا بِرُئُوْسِكُمْ وَ اَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki..” (Q.S. al-Maidah: 6)
b.      Hadits Rasul SAW:
....لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ اَحَدِكُمْ اِذَا اَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ (رواه الشيخان و ابوا داود و الترمذى)
“…Allah tidak menerima sholat salah seorang diantaramu, jika ia berhadats sampai ian berwudlu.” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)
c.       Ijma’ Ulama: Wudlu adalah wajib.
b)      Syarat dan Rukun Wudlu’:
a.       Syarat sahnya wudlu’:
1.      Islam.
2.      Tamyiz.
3.      Air Mutlak.
4.      Tidak ada yang menghalanginya sampai anggota wudlu’.
5.      Tidak dalam keadaan haid atau nifas.
b.      Rukun-rukun wudlu’:
1.      Niat.
2.      Membasuh muka.
3.      Membasuh tangan.
4.      Menyapu kepala.
5.      Membasuh kaki.
6.      Tertib.
c)      Sunnah Wudlu’:
a.       Membaca basmalah pada awalnya.
b.      Mendahulukan membasuh bagian anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri.
c.       Mencuci telapak tangan sampai pergelangan.
d.      Madmadah, yaitu berkumur-kumur.
e.       Intisyaq, yaitu menghirup air ke hidung kemudian membuangnya.
f.       Mengusap seluruh rambut kepala dengan air.
g.      Menyapu kedua telinga.
h.      Menyilang-nyilangi jari tangan dan kaki.
i.        Membasuh setiap anggota tiga kali.
j.        Tidak mengeringkan bekas basuhan.
k.      Membaca do’a setelah berwudlu’.
d)     Hal-Hal yang Membatalkan Wudlu’:
a.       Keluar sesuatu dari qubul atau dubur.
b.      Tidur, kecuali tidurnya dengan duduk atau masih dalam keadaan semula.
c.       Hilang akal, seperti gila, pinsan atau mabuk.
d.      Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan secara langsung.
e.       Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan, dengan syarat:
1.      Antara kulit dengan kulit.
2.      Laki-laki dengan perempuan yang telah aqil baligh atau dewasa.
3.      Tidak ada hubungan mahram.
4.      Sentuhan langsung tanpa alas atau penghalang.
2.      Mandi
Menurut bahasa, mandi disebut الغسل yang berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan menurut istilah, yaitu mengalirnya air ke seluruh tubuh, disertai dengan niat.
a)      Hal-hal yang mewajibkan untuk mandi:
a.       Bersetubuh.
b.      Keluar mani.
c.       Mati, kecuali mati syahid.
d.      Setelah nifas.
e.       Wiladah (melahirkan).
f.       Selesai haid.
b)      Rukun Mandi:
a.       Niat.
b.      Menyiram seluruh badan dengan air, yakni meratakan air ke seluruh tubuh.
c)      Sunnah Mandi:
a.       Membaca basmalah.
b.      Membasuh tangan sebelum memasukkannya ke bejana.
c.       Berwudlu’ dengan sempurna sebelum melakukan mandi.
d.      Menggosok seluruh badan dengan teliti (lipatan-lipatan kulit sampai tiga kali).
e.       Muwalah, yaitu membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang dibasuh sebelumnya.
f.       Mendahulukan menyiram bagian yang kanan dari tubuh.
3.      Tayamum
Menurut bahasa, tayamum berarti menyengaja. Sedangkan menurut istilah, yaitu menyampaikan tanah ke wajah dan kedua tangan dengan beberapa syarat dan ketentuan.
a)      Sebab-Sebab Tayamum
a.       Tidak ada air yang memenuhi syarat kesucian dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak mendapatkan.
b.      Berhalangan menggunakan air. Misalnya sakit yang apabila menggunakan air akan bertambah sakitnya.
c.       Adanya air diperlukan untuk yang lebih penting.
b)      Syarat-syarat tayamum
a.       Menggunakan debu yang suci, yang belum digunakan untuk bersuci dan tidak bercampur dengan sesuatu.
b.      Mengusap wajah dan kedua tangan.
c.       Menghilangkan najis terlebih dahulu.
d.      Telah masuk waktu sholat.
e.       Tayamum hanya untuk satu kali sholat fardhu.
c)      Rukun Tayamum
a.       Niat.
b.      Memindahkan debu dari tempatnya ke wajah dan tangan.
c.       Mengusap muka dengan debu, dengan sekali usapan.
d.      Mengusap dua tangan sampai siku dengan debu, sekali usapan.
e.       Tertib.
d)     Sunnah Tayamum
a.       Membaca basmalah.
b.      Memulai usapan dari bagian atas wajah.
c.       Menipiskan debu di telapak tangan sebelum mengusapkannya.
d.      Merenggangkan jari-jari ketika menepukkannya pertama kali ke tanah.
e.       Mendahulukan tangan kanan atas tangan kirinya.
f.       Menyela-nyela jari setelah mengusap kedua tangan.
g.      Tidak mengangkat tangan dari anggota yang sedang diusap sebelum selesai mengusapnya.
h.      Muwalah.
e)      Hal-Hal yang Membatalkan Tayamum
a.       Semua yang membatalkan wudlu’.
b.      Melihat air sebelum mulai melakukan sholat.
c.       Murtad.
2)      Thoharoh dari Najis
Secara bahasa, najis bermakna القذارة yang artinya kotoran. Sedangkan menurut istilah, yaitu setiap kotoran yang mencegah sahnya sholat, dalam keadaan tidak ada rukhshah.
a.       Macam-Macam Najis
1.      Najis Mughalazhah (berat)
Ialah najis babi dan anjing serta seluruh keturunannya.
2.      Najis Mutawasitoh (sedang)
Ialah semua najis selain dari najis mughalazhah dan mukhoffafah. Seperti segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur manusia dan binatang (kotoran) kecuali air mani, benda cair yang memabukkan, susu hewan yang tidak halal dimakan, darah, nanah, bangkai termasuk juga tulang dan bulunya, kecuali bangkai ikan dan belalang.
Najis mutawasitoh dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Najis ainiyah
Yaitu najis yang nampak zatnya dan sifatnya. Memiliki aroma, warna dan rasa.
b.      Najis hukmiyah
Yaitu najis yang tidak nampak zatnya dan sifatnya. Tidak memiliki warna, aroma dan rasa (tinggal hukumnya saja).
3.      Najis Mukhaffafah
Ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu ibunya.
b.      Cara Membersihkan Najis
1.      Najis Mughaladzah
Cara membersihkannya: harus menghilangkan benda najisnya terlebih dahulu lalu membasuhnya dengan air 7 kali basuhan, dan salah satunya harus dicampur dengan tanah yang suci.
2.      Najis Mutawasitoh
Cara membersihkannya:
a.       Apabila najis ainiyah, caranya: dibasuh sekali, jika sifat najisnya hilang. Dan dibasuh 3 kali basuhan itu lebih baik.
b.      Apabila najis hukmiyah, caranya: dengan mengairkan air pada najis tersebut.
3.      Najis Mukhaffafah
Cara membersihkannya: dengan memercikkan air pada tempat najis itu.
E.     Hikmah Thoharoh
a.       Thoharoh termasuk tuntunan fitrah.
b.      Memelihara kehormatan dan harga diri.
c.       Memelihara kesehatan.
d.      Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci.



BAB III
KESIMPULAN
Islam menganjurkan pentingnya berthoharoh. Karena merupakan masalah yang sangat penting dalam beragama, dan menjadi pangkal dalam beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia.



DAFTAR PUSTAKA
As’ad aliy. 1979. Terjemah fathul mu’in. Kudus: Menara Kudus.
Hajar Ibnu Al-Asqalany, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam (Ebook)
Rusyd Ibnu.1990. Terjemah bidayatul mujtahid. Semarang: CV. As-Syifa.
Rifa’I Moh. 1978. Ilmu Fikih Islam Lengkap. Semarang: Karya Toha Putra.
Babudin. 2005.  Fikih. Wahana Dinamika Karya.

Ma’arif Syamsul. 2004. Matan Taqrib & Terjemah. Magelang. An Nur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda di sini