Ajaran Islam, yang kristalnya berupa Al-qur’an dan sunnah
Nabi, diyakini oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang
diproduksi oleh kurun zaman. Islam itu satu. Tetapi realita berbicara bahwa
tampilan Islam itu beragam, boleh jadi, karena lokasi penampilannya mempunyai
budaya yang beragam, tetapi boleh jadi juga, kurun jaman telah membawa budaya
dan teknologi yang berbeda-beda.
Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republic. Bahkan, ada yang ingin kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-Qur’an dan Hadis dalam memahami ajaran Islam, ada pula yang longgar, melihat konteks nas tersebut. Tidak terelakkan, saling berebut benar antara sesama Muslim terjadi dimana-mana dalam rangka menampilkan Islam. Tampaknya, pemahaman itu utuh, pesan ketuhanan dapat ditangkap, fanatic buta dapat diredam, sejarah tampilan ajaran Islam dari waktu ke waktu perlu dicermati. Dengan cara ini proses terselengaranya syariat Islam di masa Nabi dan generasai-generasi berikutnya dapat dipahami. Alasan kebijakan para tokoh Islam untuk maksud ini pun dapat dimengerti. Dalam era kontemporer ini kemudian teraktualisasi perdebatan kalam dikalangan tokoh modernis. Apa dan siapakah tokoh yang dikatakan dalam buku Rosiohon Anwar dan Abdul Rozak mengenai perkembangan pemikiran Ilmu Kalam Masa Kini ?
Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republic. Bahkan, ada yang ingin kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-Qur’an dan Hadis dalam memahami ajaran Islam, ada pula yang longgar, melihat konteks nas tersebut. Tidak terelakkan, saling berebut benar antara sesama Muslim terjadi dimana-mana dalam rangka menampilkan Islam. Tampaknya, pemahaman itu utuh, pesan ketuhanan dapat ditangkap, fanatic buta dapat diredam, sejarah tampilan ajaran Islam dari waktu ke waktu perlu dicermati. Dengan cara ini proses terselengaranya syariat Islam di masa Nabi dan generasai-generasi berikutnya dapat dipahami. Alasan kebijakan para tokoh Islam untuk maksud ini pun dapat dimengerti. Dalam era kontemporer ini kemudian teraktualisasi perdebatan kalam dikalangan tokoh modernis. Apa dan siapakah tokoh yang dikatakan dalam buku Rosiohon Anwar dan Abdul Rozak mengenai perkembangan pemikiran Ilmu Kalam Masa Kini ?
A. Ismail al Faruqi
1. Riwayat Singkat Ismail al Faruqi
Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada
tanggal 1 Januari 1921. Pada tahun 1926-1936 bersekolah di Colleges des Freres
yang terletak di Libanon. Kemudian pada tahun 1941 lulus dari American
University of Beirut.Ismail lalu bekerja untuk pemerintah Inggris di Palestina.
Pada tahun 1945, dia dipilih sebagai Gubernur Galilea. Tapi, setelah Israel
mencaplok Palestina, ia pindah ke Amerika Serikat.Di Amerika, ia melanjutkan
pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana dan University
of Harvard.Dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat
di University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun 1952.Dia
kemudian mengajar beberapa universitas diseluruh dunia diantaranya universitas
di Kanada, Pakistan dan Amerika Seirkat. Pada tahun 1968, dia menjadi guru
besar Studi Islam di Temple University, Amerika Serikat.Sebagai anak Palestina,
al-Faruqi mengecam keras apa yang telah dilakukan oleh Zionis Israel yang
menjadi dalang pencaplokan Palestina. Namun, ia dengan tegas membedakan
Zionisme dan Yahudi. Dalam buku Islam and Zionism, ia berkata bahwa Islam
adalah agama yang menganggap agama Yahudi sebagai agama tuhan, yang ditentang
Islam adalah politik Zionisme.Pembunuhan atas dirinya dan istrinya diduga
karena kritiknya yang keras terhadap kaum Zionis Yahudi.Kematian
Ismail Raji al-Faruqi meninggal dunia karena dibunuh pada
tanggal 27 Mei 1986 di rumahnya.
2. Pemikiran Kalam Ismail al Faruqi
Pemikiran kalam Ismail al Faruqi tertuang dalam karyanya
yang berjudul Tauhid. Dalam karyanya ini beliau ini mengungkapkan bahwa
syahadat menempati posisi sentral dalam kehidupan manusia baik dalam setiap
kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Tauhid merupakan pandangan
umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu, sejarah manusia, dan
takdir. Dalam menyoroti tentang tauhid sebagai prinsip ummat, al Faruqi
membaginya kedalam tiga identitas, yakni: pertama, menenentang
etnisentrisme yakni tata sosial Islam adalah universal mencakup seluruh ummat
manusia tanpa kecuali dan tidak hanya untuk segelitir suku tertentu. Kedua,
universalisme yakni Islam meliputi seluruh ummat manusia yang cita-cita
tersebut diungkapkan dalam ummat dunia. Ketiga totalisme, yakni Islam relevan
dengan setiap bidang kegiuatan hidup manusia dalam artian Islam tidak hanya
menyangkut aktivitas mnusia dan tujuan di masa mereka saja tetapi menyangkut
aktivitas manusia disetiap masa dan tempat. Dalam hal kesenian, beliau
tidak menentang kretaivitas manusia, tidak juga menentang kenikmatan dan
keindahan. Menurutnya Islam menganggap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam
diri Tuhandan dalam kehendak-Nya yang diwahyukan dalam firman-firman-Nya.
B. Hasan Hanafi
1. Riwayat Singkat Hasan Hanafi
Hasan Hanafi dilahirkan pada 13 Februari tahun 1935,
dimana Inggris menjajah negara Mesir, hal ini membentuk semangat
nasionalismenya ketika ia masih kecil. Pada tahun 1948 yang mana negara
Israel telah terbentuk dan berdiri serta pecahnya perang Palestina, Hasan
Hanafi ikut serta turun dan melakukan perangmelawan Zionisme dan menemukan arti
penting dalam persatuan bangsa Arab dan Muslim. Hasan Hanafi adalah
pengikut Ikhwanul Muslimin ketika dia aktif kuliah di Universitas Kairo.
Dalam Ikhwanul Muslimin dia aktif dalam mengikuti
demonstrasi hingga adanya revolusi pada tahun 1952. dia berperan dalam demostrasi
menentang persetujuan 1954 dengan Inggris Raya yang mengatur tentang evakuasi
tentara Inggris. Di Perancis Hasan Hanafi menemukan permulaan kesadaran
filosofis di tahun terakhir tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an Perancis
menjadi pusat ilmu filsafat kontemporer di dunia. Di Perancis Hasan Hanafi
meraih gelar doktornya.
2. Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
a. Kritik terhadap teologi Tradisional
Dalam gagasannya tentang rekobstruksi teologi
tradisiobal, Hanafi menegasjan perlunya mengubah orientasi perangkat
konseptual kepercayaan sesuai dengan konteks politik yang terjadi. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa teologi tradisonal lahir dalam konteks sejarah
ketika inti keislaman yang bertujuan untuk memelihara kemurniannya. Hal ini
berbeda dengan kenyataan sekarang bahwa Islam mengalami kekalahan akibat
kolonialisasi sehingga perubahan kerangka konseptal lama pada masa-masa
permulaan yang berasal dari kebudayaan klasik menuju kerangka konseptual yang
baru yang berasal dari kebudayaan modern harus dilakukan.
Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran
murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan konflik
sosial politik. Sehingga kritik teologi memang merupakan tindakan yang sah dan
dibenarkan karena sebagai produk pemikiran manusia yang terbuka untuk
dikritik. Hal ini sesuai dengan pendefenisian beliaun tentang definisi teologi
itu sendiri. Menurutnya teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak
tunduk pada ilmu. Tuhan mengungkaplan diri dalam Sabda-Nya yang berupa wahyu.
Menurut Hasan Hanafi, teologi tradisional tidak dapat
menjadi sebuah pandangan yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan
dalam kehidupan kongkret umat manusia hal ini disebabkan oleh sikap para
penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan
nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga menimbulkan keterpercahan antara
keimanan teoritik dengan amal praktiknya dikalangan umat.
Sebagai konsekuensi atas pemikirannya yang menyatakan
bahwa para ulama tradisional telah gagal dalam menyusun teologi yang modern,
maka Hanafi mengajukan saran rekontruksi teologi.Adapaun langkah untuk
melakukan rekonstruksi teologi sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh tiga
hal yaitu :
1. Kebutuhan akan adanya sebuah ideologi yang jelas di
tengaj pertarungan globalisasi ideologi.
2. Pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi
teoritisnya tetapi juga terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata
mewujudkan ideologi gerakan dalam sejarah.
3. Keperingan teologi yang bersifat praktis yang secara nyata
diwujudkan dalam realisasi tauhid dalam dunia Islam.
Selanjutnya Hanafi menawarkan dua hal untuk memperoleh
kesempurnaan teori ilmu dalam teologi Islam, yaitu : Pertama, analisis bahasa,
hal ini karena bahasa merupakan warisan nenek moyang yang merupakan
tradisikhas yang seolah-olah menjadi ketentuan sejak dulu. Kedua, analisis
sosial, hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang historis-sosiologis
munculnya teologi di masa lalu.
C. H.M. Rasyidi
1. Riwayat Hidup H. M Rasyidi
H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 -
30 Januari 2001) adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I
dan Kabinet Sjahrir II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938)
Universitas Sorbonne, Paris (Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare
School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI
Direktur kantor Rabitah Alam Islami, Jakarta Karya Koreksi terhadap Dr.
Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Bulan Bintang,
1977, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Media Dakwah,
1979. Kebebasan Beragama, Media Dakwah, 1979. Janji-janji Islam, terjemahan
dari Roger Garandy, Bulan Bintang, 1982.
2. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi
Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa
tokoh seangkatannya. Tentang Ilmu kalam, ia membedakannya dengan teologi.
Menurutnya teologi berarti ilmu ketuhanan yang kemudian mengandung
beberapa aspek ajaran Kristen yang diluar kepercayaan sehingga teologi kristen
tidak sama dengan tauhid atau ilmu Kalam. Tentang akal, beliau berpendapat
bahwa akal tidak mampu mengatahui baik dan buruk, hal ini dapat dibuktikan
dengan munculnya aliran eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran
rasionalisme dalam filsafat barat. Dengan menganggap akal dapat mengetahui baik
dan buruk berarti juga meremehkan ayat-ayat al Qur’an. Pemikiran H.M Rasydi ini
sedikit banyaknya mengarah kepada pemikiran Al Maturdiyah yang banyak dianut di
Indonesia.
D. Harun Nasution
1. Riwayat Hidup Harun Nasution
Harun Nasution lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara
pada tahun 1919. Kemudian bersekolah di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan
lulus pada tahun 1934. Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische
Kweekschool. Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar pada
tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American
University of Cairo.Harun Nasution menjadi pegawai Deplu RI di Brussels dan
Kairo pada tahun 1953-1960. Dia meraih gelar doktor di Universitas McGill di
Kanada pada tahun 1968. Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor di IAIN Syarif
Hidayatullah dan UNJ. Pada tahun 1973, menjabat sebagai rektor IAIN Syarif
Hidayatullah.Hasan Nasution wafat pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta.Harun
Nasution dikenal sebagai tokoh yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis), yang
berdasar pada peran akal dalam kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun
selalu menekankan agar kaum Muslim Indonesia berpikir secara rasional.
Harun Nasution juga dikenal sebagai tokoh yang berpikiran
terbuka. Ketika ramai dibicarakan tentang hubungan antar agama pada tahun 1975,
Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang berpikiran luwes lalu mengusulkan
pembentukan wadah musyawarah antar agama, yang bertujuan untuk menghilangkan
rasa saling curiga.Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Harun Nasution antara
lain :
* Akal dan Wahyu dalam Islam (1981)
* Filsafat Agama (1973)
* Islam Rasional (1995)
* Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975)
2. Pemikiran Kalam Harun Nasution
Secara garis besar pemikiran mengarah kepada pemikiran
Muktazillah yang menunut kepada peranan akal dalam kehidupan
manusia. Dalam salah satu bukunya ia berpendapat bahwa akal melambangkan
kekuatan manusia. Karena akallah manusia mempunyai kesanggupan untuk
menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya. Hal ini dasarkan ada kenyataan
bahwa Islam memberikan kedudukan yang tinggi terhadap peranan akal dalam
kehiduapn manusia untuk perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan
keagamaan Islam.
Dalam hal pembaharuan teologi, ia sependapat dengan
pandangan kaum modernis yang berpendapat bahwa perlu untuk kembali kepada
teologi Islam yang sejati untuk bangkit dari keterpurukan dan kemunduran ummat
Islam di Indonesia. Hal ini dikarenakan ummat Islam yang lebih cenderung dengan
teologi fatalistik, serta menyerahkan nasib telah membawa nasib mereka
menuju kemunduran.
Dalam hal hubungan akal dan wahyu, sebagaimana pemikiran
ulama Muktazillah terdahulu. Harun Nasution berpendapat bahwa akal mempunyai
kedudukan yang tinggi dalam Al Qur’an. Oranga yang beriman tidak perlu
menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak
menjelaskan semua permasalahan keagamaan. Dengan demikian kita tidaklah heran
kalau Sirajudin Abbas berpendapat bahwa Kaum Muktazillah banyak mempergunakan
akal dan lebih mengutamakan akal bukan mengutamakan Al Qur’an dan Hadist.
Dari keempat pemikiran sebagaimana disebutkan diatas
setidaknya dapat kita pahami bahwa masing masing tokoh memang tidak dapat
terlepaskan dari pemikiran kalam dimasa lalu. HM. Rasyidi misalnya pemikirannya
lebih cenderung kepada pemikiran Ahlusunnah wal Jamaah atau al Maturidiytah
yang dibangun oleh al Imam Asy’ari dan al Maturdi. Demikian juga dengan Harun
Nasution dan Hasan Hanafi yang pemikirannya lebih cenderung kepada pemikiran
Muktazilah dan Qadariyah yang lebih menekankan peranan akal dalam menghadapi
realita takdir atau nasib dalam kehidupan di dunia ini.
Daftar Pustaka
Drs. Rosihon Anwar, Mag dan Drs Abdul Rozak, M.Ag, Ilmu
Kalam,Bandung, Pustaka Setia, 2003.
KH. Sirajudin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Wal Jama’ah,
Jakarta, Pustaka Tarbiyah. 1978.
http://id.wikipedia.org/wiki/HM Rasjidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar anda di sini