Kamis, 01 Mei 2014

HADITS MARFU'


BAB l
PENDAHULUAN

 A.  Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi muhammad saw baik dari perkatan, perbuatan, dan ketetapannya. Hadits diklasifikasikan menurut berapa segi, seperti  sanad, matan, dan diterima atau ditolaknya suatu hadits.
Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah disandarkan kepada nabi saw, sahabat, ataukah disandarkan kepada yang lainnya, maka hadits itu dapat di bagi menjadi : 
    1.      Hadits marfu’.
    2.      Hadits mauquf.
    3.      Hadis maqthu’.

dan makalah ini akan berusaha mengulas tentang hadits marfu’ mulai dari pengertian dan macam – macamnya.
 B. Rumusan Masalah
    1.      Apa definisi dari hadits Marfu’?
    2.      Ada berapakah macam – macam hadits Marfu’?
 C. Tujuan
   1.      Mengetahui definisi hadits Marfu’.
   2.      Mengetahui macam – macam hadits Marfu’.




BAB II

PEMBAHASAN


   A.          Pengertian Hadits Marfû'
Al-marfu’ menurut bahasa : isim maf’ul dari kata rofa’a (mengangkat), dan ia sendiri berarti “yang diangkat”. Dinamakan demikian kerena didasarkan kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.[1]
Hadis marfu’ menurut istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, (baik yang menyandarkan itu shahabat, atau tabi’in atau orang-orang sesudahnya) yang berupa ucapan, perbuatan, taqrir atau sifatnya, baik secara sharih (jelas) atau secara hukumnya saja.[2]

   B.            Macam-macam Hadits Marfû'

                  Para ahli hadits membagi hadis marfu’ menjadi dua :

1.   Marfû sharih (marfu’ haqiqy)
 hadits yang disandarkan kepada Nabi saw secara tegas, Adapun hadits Marfû’ Sharih (marfu’ haqiqy) dibagi menjadi tiga bagian[3]:
a.   Marfu’ Qauly ( perkataan )
Contoh Marfu Qauly :

عن ابن عمر رضى الله عنه قال: إنّ رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذّ بسبع و عشرين درجة( رواه البخاري و مسلم)
" Warta dari Ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: Shalat jama'ah itu lebih afdhal dua puluh tujuh lantai dari pada shalat sendirian . " (HR Bukhari dan Muslim)

b.    Marfû '  Fi'ly ( perbuatan )
Contoh Marfû ' Fi'ly :
عن عائشة رضى الله عنها انّ رسولالله صلّى الله عليه وسلّم كان يدعوا فى الصلاة, ويقول: (اللّهمّ إنّى أعوذبك من المأثم و المغرم) (رواه البخارى)
“Warta dari ‘Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendo’a di waktu sembahyang, ujarnya: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan hutang.” (HR Bukhari)

c.       Marfû ' Taqriry ( ketetapan )
Contoh Marf u ' Taqriry :
كنّا نصلّ ركعتين بعد غروب الشمس و كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يرانا ولم يأمرنا ولم ينهنا
“Konon kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam, Rasulullah saw mengetahui perbuatan kami, namun beliau tidak memerintahkan dan tidak pula mencegah.”[4]

2.   Marfû’ ghairu sharih (marfu' Hukmy)
    Segala yang dipandang hadis marfu’ padahal itu tidak disandarkan secara tegas kepada Nabi, Adapun Marfû’ ghairu sharih dibagi tiga bagian[5]:
a.   Marfû' Qauly Hukmy
  Contoh Marfû’ Qauly Hukmy:
bahwa ini jelas transmisi terhadap pidato Nabi, tetapi oleh mediator lain:

أمرنا بكذا ……. نهينا عن كذا
“Aku diperintah begini…., aku dicegah begitu……”
أمر بلال ان ينتفع الأذن و يوتر الإقامة ( متفق عليه )
“Bilal r.a. diperintah menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamah.” (HR Muttafaqun ‘Alaih).

b.      Marfû' Fi'li Hukmy
Contoh Marfû'Fi'li Hukmi:
perilaku itu dilakukan di depan Nabi atau Ketika masih Hidup.
قال جابر: كنّا نأكل لحوم الخيل على عهدى رسول الله (رواه النسائى)
“Jabir r.a. berkata : Konon kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw masih hidup” (HR Nasai)

c.    Marfû' Taqriry Hukmy
Contoh Marfû'Taqriry Hukmy:
hadits ini diikuti dengan kata-kata Abu Qasim sunnatu, Sunnatu Nabiyyina atau Minas Sunnati.
Percakapan Amru Ibnu 'Ash ra dengan Ummul Walad:
لا تلبسوا علين سنّة نبيّنا (رواه ابو داود)
"Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami." (HR. Abu Dawud )







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Hadits marfu’ adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, (baik yang menyandarkan itu shahabat, atau tabi’in atau orang-orang sesudahnya) yang berupa ucapan, perbuatan, taqrir atau sifatnya, baik secara sharih (jelas) atau secara hukumnya saja.
Adapun hadits marfu’ dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
1.      Marfu’ sharih : yang disandarkan secara jelas dan tegas.
a.       Marfu’ Qauly ( perkataan )
b.      Marfu’ Fi’ly ( perbuatan )
c.       Marfu’ Taqriry ( ketetapan )
2.      Marfu’ ghairu sharih : yang disandarkan tidak secara jelas dan tegas.
a.       Marfû' Qauly Hukmy
b.      Marfû' Fi’ly Hukmy
c.       Marfû' Taqriry Hukmy










DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Anwar, Ilmu Mushthalah Hadits, Al Ikhlas, Surabaya, 1981.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Pustaka Al Kausar, Jakarta Timur, 2012.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shinddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Pustaka Riski Putra, Semarang, 2009.





[1] Syaikh Manna Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Hadis. (Pustaka Al-Kausar: Jakarta, 2005) hal.171
[2] Muh. Anwar. Ilmu Mushthalah Hadis. (Al-IKHLAS: Surabaya, 1981) hal. 121
[3] Teungku Muhammad Habsi ash-shiddieqy. Sejarah dan pengantar ilmu hadis. (pustaka riski putra: semarang, 2009) hal.151
[4] http:// Ridwan202.wordpress.com
[5] Teungku Muhammad Habsi ash-shiddieqy. Sejarah dan pengantar ilmu hadis. Hal.151

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda di sini