Rabu, 07 Mei 2014

Asbabun Nuzul




BAB I
PENDAHULUAN

         A.  Latar Belakang

Dari segala permasalahan itu pastinya mempunyai beberapa sebab dan musababnya. Di karenakan adanya suatu masalah itu pada mulanya adalah terjadinya suatu peristiwa-peristiwa yang menjadi pendorong munculnya masalah tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya kejadian-kejadian itu, tentu adanya faktor-faktor yang menjadi sebab musababnya.
Seperti halnya dengan Al-Qur’an, bagaimana sejarah munculnya, proses turunnya Al-Qur’an hingga membahas sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an atau disebut dengan Asbabun Nuzul. Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui latar belakang atau asbabun nuzul dari ayat-ayat yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur’an, agar kita tidak salah dalam menafsirkan.


B.   Perumusan Masalah
a.       Bagaimana mengetahui pengertian dan macam-macam Asbabun Nuzul?
b.      Bagaimana mengetahui ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul?
c.       Bagaiman mengetahui urgensi dan kegunaan Asbabun Nuzul?

C.  Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam Asbabun Nuzul
b.      Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan Asbabun Nuzul
c.       Untuk mengetahui urgensi dan kegunaan Asbabun Nuzul



BAB II
PEMBAHASAN

  A.   Pengertian Asbabun Nuzul dan Macam-Macamnya
    1.      Pengertian Asbabun Nuzul
a.       Secara Bahasa
Ungkapan Asbabun Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata اسبب dan "نزل . Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.[1]
b. Secara Istilah
Pengertian Asbabun Nuzul secara istilah, menurut para ulama mempunyai pendapat yang hampir sama bahwa Asbabun Nuzul adalah faktor-faktor yang melatar belakangi diturunkannya ayat Al Qur’an dan menerangkan tentang kejadian-kejadian yang terjadi pada masa itu. Untuk lebih jelasnya, disini akan diterangkan pengertian Asbabun Nuzul menurut definisi dari beberapa ulama diantaranya :
1)      Menurut Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy
 “Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya peristiwa itu”.[2]
2)      Menurut Syaikh Manna’ Al-Qaththan
3)      “Sesuatu yang karenanya Al-Qur’an diturunkan, sebagai penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa peristiwa atau pertanyaan.[3]
4)      Menurut Ash-Shabuni
“Asbab Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebaakan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.[4]

  2.      Macam-Macam Asbabun Nuzul
   a.      Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbabun Nuzul
1)      Sharih (jelas/pasti)
Sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan Asbabun  Nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya.[5]
2)    Muhtamilah (tidak pasti/kemungkinan)
Mengenai sumber yang dijelaskan dengan kemungkinan / tidak pasti mengenai sebab nuzul ayat oleh para perawi atau dalam riwayat.[6]

  b.      Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
1)      Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat ( Ta’adud As-Sabab wa Nazil Al-Wahid)
Terkadang dalam sebuah ayat dapat memiliki riwayat yang lebih dari satu yang dijelaskan oleh para perawi. Maka para ulama menemukan cara-cara sebagai berikut:
a)      Tidak Mempersalahkannya
b)      Mengambil versi riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan redaksi sharih
c)      Mengambil versi riwayat yang sahih (valid)
Adapun contoh berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat yaitu:
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Bazzar dari Abu Hurairah, bahwa nabi SAW berdiri disisi jenazah Hamzah yang sudah dicincang oleh orang Quraisy dalam peperangan uhud seraya berkata:
لَأَقْتُلَنَّ بِسَبْعِيْنَ مِنْهُمْ مَكَا نَكَ
“Demi Allah akan kubunuh 70 orang di antara mereka sebagai gantimu”.
Tidak lama kemudian datanglah jibril, sedang nabi masih berdiri di situ menurunkan ayat-ayat terakhir surat an-nahl yaitu:
وان عاقبتم فعا قبوا بمثل ما عوقبتم به... الخ ان الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون

“Dan jika kalian membalas siksaan mereka, maka siksalah mereka dengan siksaan yang seimbang yang ditimpakan atas kalian . . .”
Akan tetapi ada riwayat lain dari at-Turmudzi dan al-Hakim dari Ubay bin Ka’ab: “Tatkala perang uhud, gugurlah dari anshor 64 dan dari Muhajirin 6 orang di antaranya Hamzah. Musuh mencincang tubuhnya. Karena itu berkatalah orang anshar.
  2)      Variasi Ayat untuk Satu Sebab ) Ta’adud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak ada masalah yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surat berkenaan dengan satu peristiwa.
Adapun contohnya suatu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedang antara yang satu dengan yang lain berselang lama ialah hadits yang diriwayatkaan oleh Ibnu Jarir ath-Thabary, Ath-Thabarany dan Ibnu Mardawih dari Ibnu Abbas berkata :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ جَالِسًا فِىْ ظِلِّ شَجَرَةٍ فَقَالَ : اِنَّهُ سَيَأْتِيْكُمْ اِنْسَانٌ يَنْظُرُاِلَيْكُمْ بِعَيْنَيِ الشَّيْطَانُ فَاِذَا جَاءَ فَلَاتُكُلِّمُوْهُ. فَلَمْ يَلْبَثُوْا اَنِ اطَّلَعَ رَجُلٌ اَزْرَقُ الْعَيْنَيْنِ, فَدَعَاهُ رَسُوْلُ اللهِ فَقَالَ: عَلَامَ تَشْتَمُنِىْ اَنْتَ وَاَصْحَبُكَ. فَانطَلَقَ الرَّجُلُ فَجَاءَ لأَصْحَبِهِ فَحَلَفُوْا بِاللهِ مَا قَلُوْاحَتَّى تَجَاوَزَ عَنْهُم ْفَأَنْزَلَ الله.
“ Bahwasannya Rasulullaah saw duduk di bawah naungan pohon. Maka bersabdalah beliau :” sesungguhnya akan datang kepadamu seorang manusia yang melihat kepadamu dengan dua mata setan. Maka apabila datang, janganlah kamu berbicara dengan dia. “Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang biru matanya. Maka rasulullah memanggilnya dan berkata : “ Mengapa kamu dan sahabat-sahabatmu memaki aku.” Orang itu kemudian pergi kemudian datang membawa teman-temannya. Mereka bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak memaki Nabi. Terus-menerus mereka mengatakan demikian sehingga Nabi memaafkan mereka. Maka Allah menurunkan ayat:
يَحْلِفُوْنَ بِاللهِ مَا قَلُوْا وَلَقَدْ قَالُوْا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوْا بَعْدَ اِسْلَا مِهِمْ وَهَمُّوْا بِمَا لَمْ يَنَالُوْاوَمَا نَقَمُوْااِلَّا أَنْ أَغْناَمَهُمُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَاِنْ يَتُوبُوا يَكَ خَيْرًا لَهُمْ وَاِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمْ اللهُ عَذَا بًا أَلِيْمًا فِي الدُّنْيَاوَالآخِرَةٍوَمَالَهُمْ فِي الأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَانَصِيْرٍا (التوبة: )
“ Mereka bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu), padahal mereka telah zhahirkan (menyatakan) kalimat kufur dan telah kufur kembali sesudah mereka islam dan mereka berkeinginan untuk mengerjakan apa yang mereka tidak bisa dapati, dan mereka tidak benci, melainkan Allah dan Rasul-Nya mengayakan mereka dengan karunia-Nya. Tetapi jika mereka tobat adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, Allah akan azab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat, dan tidak ada bagi mereka pembantu di bumi dan tidak ada penolong” (Qs.At-Taubah:74)
Dan Al-Hakim meriwayatkan hadits ini dengan membawakan lafal diatas dan mengatakan :”Maka Allah menurunkan :
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيَحْلِفُوْنَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ وَيَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَاأِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِ بُوْنَ. اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَا هُمْ ذِكْرَ اللهِ أُولَأِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَااِنَّ حِزْبُ الشَّيْطَانِ هُمُ الخَا سِرُوْنَ.
“Ingatlah hari ketika mereka dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya(bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu, dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (QS.Al-Mujadalah:18-19).
  B.     Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul
1.      Redaksi yang  sharih/jelas, apabila perawi mengatakan[7] :
سبب نزول هذه الأيةهذا....
“sebab turun ayat ini adalah...
Bila perawi mengatakan dengan memasukkan huruf “fa Ta’qibiyah” (maka datanglah sesudah itu) maka yang masuk materi nuzul ayat sesudah dia menerangkan kejadian atau dia menyebut suatu pernyataan yang dikemukakan kepada Rasul, seperti ia mengatakan :
حَدَ ثَ كَدَا...اَوْ سل النبي عليه السلام عن كدا فنزلت اية كد
“Telah terjadi begini. Atau telah dinyatakan kepada Nabi saw, tentang hal ini maka turunlah ayat ini.” Maka yang demikian itu merupakan nash yang nyata dalam menerangkan sebab.

2.      Adapun redaksi yang muhtamilah (tidak pasti)[8]
Ungkapan-ungkapan yang dipakai oleh para perawi mengenai sumber yang dijelaskan dengan kemungkinan / tidak pasti mengenai sebab nuzul ayat oleh para perawi atau dalam riwayat. Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan berkata : “Telah terkenal dari kebiasaan sahabat dan tabi’in bahwa apabila mereka mengatakan:
نزلت هده الأية في كدا..
“Ayat ini berkenaan dengan...”
Maka maksud beliau-beliau itu ialah menerangkan bahwa ayat itu      mengandung hukum itu , bukan menyatakan sebab nuzulnya.[9]Segolongan ahli hadits menggolongkan perkataan semacam itu kedalam hadits marfu’, seperti pada perkataan Ibnu Umar :
نسا ؤكم حرث لكم
“Isteri-isterimu adalah sawah ladang bagimu”

  C.    Urgensi dan Kegunaan Asbabun Nuzul
1.      Menentukan hukum (takhsis) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.[10]
2.      Kita bisa memahami makna suatu ayat secaara lebih mendalam, dan hilanglah kemusykilan (keragu-raguan) yang selama ini masih menghantui kita.[11]
3.      Mengetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan perhatian syri’at terhadap kemaslahatan umum dalam menghadapi segala peristiwa sebagai rahmat bagi umat.[12]
4.      Memberi batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, jika hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.[13]
5.      Sebab turunnya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterangkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan. [14]




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
  a.       Asbabun Nuzul adalah sebab dan akibat dari turunnya ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang sejarah-sejarah dan peristiwa-peristiwa pada masa itu, dan tentunya ada faktor-faktor pendorong kenapa ayat itu diturunkan.
  b.      Adapun macam-macam asbabun nuzul, yaitu
1.      Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang DiPergunakan dalam RiwayatAsbabun Nuzul
1)      Ada yang bersifat sharih (jelas)
2)      Sedangkan ada redaksi yang meriwayatkan secara tidak pasti.
2.      Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Satu Sebab
  c.       Sedangkan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam asbabun nuzul di sini telah  dikatakan oleh para ahli tafsir yang menyebutkan sebab-sebab yang beraneka ragam atas turunnya suatu ayat, jika seperti ini keadaannya, maka yang dijadikan patokan adalah ibarat atau ungkapan yang dikatakan para mufassir tadi. Maka dari itu wajib bagi kita untuk memahami sebab-sebab ayat itu turun, agar tidak salah dalam menafsirkan.
  d.      Manfaat dari Asbabun Nuzul  
Menentukan hukum (takhsis) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan berdasarkan khususnya sebab
Daftar Pustaka

Rosihon Anwar, 2010, Ulum Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia
Ali Ash-Shaabuuniy, Muhammad, Prof. Dr, 2008, Studi Ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia
Manna’ Al-Qaththan, Syaikh, 2011, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Hasbi Ash-Shiddieqy, Muhammad, Teungku, Prof, Dr, 2010, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra
AS-Suyuthi, Jalaluddin, Imam, Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an jilid 1, Surabaya: Bina Ilmu



[1] Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II (Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 60
[2] Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an cet. III(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010) hlm. 18
[3] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, Terj: Mifdhol Abdurrahman, cet.I
 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005)hlm. 95
[4] Dikutip oleh Rosihon Anwar dari kitab Studi Ilmu Al-Qur’an,  Muhammad Ali Ash-Shabunny, hlm.22
[5] Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, cet.II ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 60
[6] Ibid, hlm.68
[7] Ibid,hlm.67
[8] Ibid, hlm68
[9] Ibid hlm.23
[10] Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj: M. Aminuddin, cet. I (Bandung: Pustaka Setia, 1998) hlm.42
[11] Imam jalaludin As-Suyuthi, Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an, Terj : Farikh Marzuqi Ammar(Surabaya: Bina Ilmu,2006) hlm. 155, jilid I.
[12]Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, Terj: Mifdhol Abdurrahman, cet.I (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) hlm.96
[13] Ibid, hlm.96
[14] Ibid, hlm.100

2 komentar:

Tinggalkan Komentar anda di sini